Isnin, 15 Ogos 2011

Gerimis Di Kala Mendung

Sudah lama tidak menulis tentang warna-warna kehidupan. Jelas. Itu yang berada di fikiranku. Mungkin ketajaman jari jemari ini dalam menekan butang-butang kekunci hilang kuasanya. Tapi mudah-mudahan apa yang disampaikan, sampai juga kepada pembaca. 

Walau bagaimanapun, tulisanku di dalam blog ini 99% adalah untuk memuhasabah diriku. 1% lagi ambillah buat pelajaran bagimu. Mungkin ada yang berkait dengan hidupmu. Aku hanya menyampaikan apa yang tersirat di hati, menukilkannya lewat kanvas ilusi ini.

Sibuk dengan tugasan baru sebagai Timbalan Yang Dipertua sesi kali ini menyukarkan diriku untuk berkesempatan menulis. Blog ini merupakan "blog-card"ku. Mungkin suatu hari nanti aku dapat menceduk kembali tulisan-tulisanku untuk memberi manfaat pada manusia lain. 

Terkadang menjadi "Penasihat Syariah" dan "Perunding Perniagaan" secara tidak langsung. Ia sangat menguji ilmuku selama ku belajar di sini walaupun aku sedar yang aku bukanlah mahasiswa Fakulti Syariah yang lebih mendalam tentang Fiqh. Juga bukan bidangku di perniagaan. Tetapi apa salahnya jika aku mempelajari lalu mempraktikan apa yang ku ketahui. 

Juga terkadang terpaksa menjadi editor "bidan terjun" kepada sahabat-sahabat yang suka menulis. Ada yang menulis kisah cinta. Tidak kurang juga cerita Islami. Terpaksa juga demi "menyelamatkan" jiwa menulis yang ada pada diriku. Semuanya ingin ku menjiwai apa yang ku lakukan. Memberi itu lebih baik dari menerima. Semuanya di kongsikan lewat ilmu dan amal.


Tetapi maaf teman, aku hanyalah manusia, punya khilaf dan salah. Terkadang ada yang aku terlepas pandang, dan ada yang aku tidak sempat membantumu. Aku hanyalah manusia biasa. Punya rasa lelah dan lemah. Terkadang imanku juga bertambah dan berkurang, begitu juga semangatku. 

Hakikatnya, cabaran dakwah itu terlalu besar. Aku hanyalah di antara mata-mata rantai yang saling berpaut antara satu sama lain. Hakikatnya aku sedar... Bukan semua yang boleh aku lakukan. Aku juga punya tanggungjawab. Maaf teman, terkadang aku juga khilaf dalam pertimbangan dan aulawiyyatku sendiri. 

Aku tidak tahu sejauh mana aku bisa berlari kencang. Terkadang aku terpaksa berjalan, kemudian berlari lagi, kemudian berhenti melepaskan lelah. Engkau tahu, terkadang aku juga tersungkur seorang diri tanpa ada sesiapa pun yang mengangkat diriku kembali. Tapi teman, jika kita percaya Allah itu Ada, Semuanya terasa bahagia.

Dalam menjalani hidup ini, perlu rasa Redha dan Ikhlas. Di ikat dengan kesabaran. Perlu bersangka baik terhadap ujian yang mendatang. Tidak semua kita dapat lalui dengan mudah. Seperti kata-kata yang sering di ungkapkan oleh aktivis dakwah. "Bersedialah untuk dibenci!" Ibarat kita meredah hujan sewaktu di perjalanan. Angin kencang bertiup, membuatkan kita terhuyung hayang. Belum lagi di uji seperti di tengah lautan. Tahan atau tidak. tergantung atas keimananmu! Imanmu ibarat kapal di tengah lautan.

Aku berpegang pada sabda Nabi SAW:
"Sesungguhnya orang mukmin itu bagi mukmin yang lainnya ibarat bangunan, saling kuat menguatkan antara satu sama lain"
Jelas! Aku hanyalah sebagai salah satu dari mata rantai perjuangan hidup ini. Aku bukanlah teman yang setia hanya duduk dan sentiasa di sisimu. Tetapi aku punya rasa tanggungjawab terhadap mukmin yang lainnya. Tapi sungguh, bukanlah aku ingin meninggalkan dirimu, tapi itulah hakikat kehidupan. Mereka memerlukan, kamu juga memerlukan, tapi tangan ini hanya ada dua. Tapi teman, ingatlah, "Sahabat" paling setia sentiasa bersamamu, tidak pernah pergi jauh darimu.. Hanyasanya, kitalah sering melupakannya.

Di sini ku cuba nukilkan kata-kata. Untukku memuhasabah diriku kembali sempena 10 hari pertengahan Ramadhan, agar kita sama-sama meraih redha-Nya dan Keampunan-Nya. Terimalah tulisan ini... Gerimis di Kala Mendung.

Gerimis di kala Mendung.

Jom mandi hujan...:)
Aku memandang jendela, 
Awan mendung berarak kencang, 
Membawa molekul-molekul air, 
Menyirami kawasan yang di landa kemarau...

Masih lagi memandang di luar jendela,
Angin bertiup menghembus lembut,
Kanak-kanak berlari-lari pulang ke rumah,
Ibu-ibu keluar mengambil pakaian di ampaian,
Bapa-bapa menyimpan peralatan-peralatan pekerjaan.

Aku memandang langit,
Kini tinggal saatnya hujan turun membasahi Bumi,
Angin semakin menderu-deru,
Debu-debu mulai berterbangan,
Tik..tik..tik...
Gerimis mulai turun....

Hujan membawa rahmat,
Kata orang,
Tapi terkadang,
Bawa musibah,
Tapi analoginya, ianya membawa rahmat,
Menyuburkan tanah di landa kemarau...

Aku membuka helaian demi helaian mushaf al-Quran,
Sungguh indah kekuasaan Tuhan,
Menunjukan DIA tiada tandingan,
Kata-kata yang menyihirkan pandangan,
Semuanya tanda-tanda kekuasaan,
Subuh (al-Falaq), Dhuha (ad-Dhuha), dan Malam (al-Lail),
Bintang (Al-Buruj), Matahari (Asy-Syams), Bulan (Al-Qamar),
Semuanya merangkumi kekuasaan Tuhan.
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya,
Lantaran itu aku percaya,
Setiap kali hujan berhenti,
Pasti mentari menyinari.

Setiap musibah yang melanda,
Penyelesaian pasti ada,
Kita hanya mampu mengurus tadbir,
Tapi DIAlah yang mengurus takdir,
Jika aku tiada,
Maka masih ada yang akan menyelesaikannya.

Teman,
Setiap ujian yang melanda
Pasti! Telah di siapkan penyelesaiannya.
Kita di kurniakan akal, untuk menyelesaikannya,
Bukan untuk menyerabutkannya.
Hakikatnya kita yang mentadbir,
Bukan mengurus takdir.
Pilihan di tangan kita,
Itu pilihan yang Allah berikan.

Gerimis hujan berhenti,
Matahari menyinari kembali,
Aku tersenyum melihat fenomena ini,
Indah sungguh tertawan di hati,
Begitulah ciptaan Tuhan yang Abadi,
Padanyalah Cinta Hakiki,
Janganlah engkau berduka,
Kerana musibah itu menjadi rahmah.

Buatmu teman,
Binalah kembali kekuatanmu,
Rasakan Tuhan berada di sisimu,
Hatimu yang dulu kemarau,
Kini kembali subur menghijau.

Abdullah Hakimi
15 Ogos 2011
10.55 PM
Blang Kreung, Banda Aceh

Tiada ulasan: